Untuk mu lelaki yang sekarang ada tapi tak ada... Awal bertemu dikota pelajar dimulai dari perkenalan kemudian menjadi status berpacaran meskipun tidak ada rasa sedikitpun kemudian sampai ada rasa sakit yg mendalam untuk mencintaimu dan pada akhirnya rasa itu bner" hilang sampai detik ini meskipun butuh waktu 3 tahun untuk kisah kita dan hanya 1 tahun 5 bulan cinta yg tulus 😫|| untuk mu lelaki ku yg ada tapi tak ada terima kasih untuk -ucapan sayang kamu -lelah kamu -sakit kamu -pengorbanan kamu -sabar kamu -kedewasaan mu terima kasih sudah banyak memberi pelajar buat hidup ku yg kecil ini menjadi luas ,,, terima kasih buat kado terindah yg kamu berikan kepada ku terima kasih
Aku kangen kamu saat ini 04-09-2016 semoga kita masih bisa bertemu
Dewi Bidadari Uz
I Like My Life
Minggu, 04 September 2016
Sabtu, 05 Januari 2013
KULIT SEHAT GAK PERLU MAHAL
Peting
gak sih kulit sehat bagi kalian kalau menurut saya sih penting banget yaa apalagi
kita cewe, cowo mana sih yang gak suka sama cewe yang berkulit cantik dan sehat pastinya. Dan yang perlu kalian tau
kulit sehat itu gak perlu terapi yang mahal. nah di sini saya akan memberikan
informasi gratis tentang kulit sehat gak
perlu mahal yang perlu kalian tau >..<
1. Air
mineral
Air berfungsi sebagai alat transportasi
nutrisi sampai ke kulit sehingga kulit tetap terpenuhi kebutuhanya, nah Selain
itu air juga berfungsi untuk melembabkan kulit , Kulit yang kering karena kekurangan air putih bisa menjadi awal
dari infeksi kuman.
2. Sayuran hijau
Sayuran
khususnya yang berwarna hijau berfungsi untuk mempercepat proses perbaikan
jaringan kulit rusak yang biasanya disebabkan karena paparan sinar UV
(matahari) yang sulit dihindari. Hal ini karena sayuran tersebut mengandung
vitamin A dan mineral (zat besi). Sayuran berwarna hijau yang bisa anda
konsumsi antara lain: selada, bayam yang jelas sayur mayur yang berwarna hijau
gitoohh,,,
3. Pisang
Buah
ini kaya akan kalium yang bisa menyeimbangkan kadar garam yang berlebihan dalam
tubuh sebagai penyebab dari munculnya kerutan wajah. kita bisa mengkonsumsi pisang setiap sarapan
untuk memenuhi kebutuhan kalium kita. Agar kulit kita gak cepet tua atau awet
muda.
4. Kentang
Kentang
dipotong dan gosok perlahan pada wajah
Anda akan mengurangi bintik-bintik gelap. Jika Anda memiliki kulit kering campuran
beberapa air mawar di dalamnya. Jika kulit Anda berminyak maka menambahkan
beberapa tetes jus lemon di dalamnya.
5. Apel
Apel
Bisa digunakan sebagai kondisioner dan toner kulit. Jus apel sangat bermanfaat
untuk mengatasi kerutan di wajah, kulit pecah, atau peradangan. Jus apel juga
bisa dicampurkan ke dalam air mandi untuk memperoleh kulit segar dan lebih
lembut. Selain itu, buah apel juga mampu
mengurangi bau napas dan melindungi kulit kepala dari ketombe.
6. Nanas
Nanas Sangat berguna untuk menghaluskan dan
membersihkan kulit. Kulit kasar dan kulit kering bisa dikurangi dengan
mengkonsumsi buah tropis ini. Nanas juga bisa dioleskan ke bagian kulit yang
kasar seperti siku, lengan, lutut, dan tumit.
7. Tidur
Tau
gak sih tidur juga sangat berpengaruh buat kulit kita loh, Tidurlah
dengan posisi yang tepat, yakni posisi rileks terlentang lurus dengan bantal
yang nyaman dan tidak terlalu tinggi,
posisi tidur miring ke kanan dianggap para dokter tidak menekan jantung.
Jangan tidur dengan posisi tengkurap yang merupakan posisi tidur terburuk sebab
menekan lengkungan tulang punggung,sehingga selama tidur otot menjadi tegang.
Wah gawat kan,, nah Selain itu,posisi ini dapat membuat wajah sembab juga mata
merah karena dada dan jantung tertekan,serta kulit wajah terlipat akibat
tertekan bobot tubuh.
Waahh ternyata dari beberapa informasi tersebut
seperti dari air mineral, sayuran hijau, buah pisang, kentang, apel, nanas, dan
posisi tidur yang baik tidak hanya untuk kulit sehat saja tetapi banyak
kegunaannya bagi tubuh kita yang lainnya. Banyak bangetkan manfaatnya
Setelah
kalian membaca informasi yang saya berikan apa yang akan kalian lakukan
a. Hanya
membaca terus ditutup.
b. Dibaca
dengan serius lalu dikhayalkan tanpa dilakukan
c. Mempraktekannya
satu persatu dari hal yang terkecil seperti air mineral.
Gimana
mau sayang sama orang lain kalau sayang sama diri sendiri aja gak bisa jadi sayangilah
dan Lakukanlah yang terbaik untuk kulit kita sendiri
Sabtu, 06 Oktober 2012
imunisasi
Inilah 5
jenis imunisasi yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun.
Penyakit-penyakit yang hendak ditangkalnya memiliki angka kesakitan dan
kematian yang tinggi, selain bisa menimbulkan kecacatan.
1. IMUNISASI
BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Seperti diketahui,
Indonesia termasuk negara endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang
tahun) dan merupakan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia.
TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular
melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita
batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah
bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di
malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara
8-12 minggu.
Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.
Jika anak
positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus
diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa
diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang
“tidur”. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari
anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang
salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.
* Jumlah
Pemberian:
Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
* Usia
Pemberian:
Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG
Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG
* Lokasi
Penyuntikan:
Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha.
Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha.
* Efek
Samping:
Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.
Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.
* Tanda
Keberhasilan:
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.
Jikapun
bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang
salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus
masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya
lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Jadi, meski
bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah.
Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah
akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
* Indikasi
Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.
Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.
2. Imunisasi
Hepatitis B
Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.
Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.
Banyak jalan
masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa sejak
dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat
proses kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal
transfusi darah.
Bisa juga
melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari
penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan
yang ada di klinik gigi. Bahkan juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang
digunakan antaranggota keluarga.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.
Tidak cuma
itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik
dengan bagus pula. Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan
darah. Gejala baru tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi
mempertahankan metabolisme tubuhnya.
Upaya
pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga
dicurigai kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk
mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati
anak tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan
langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB.
* Jumlah
Pemberian:
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
* Usia
Pemberian:
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
* Lokasi
Penyuntikan:
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
* Efek
Samping:
Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
* Tanda
Keberhasilan:
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
* Tingkat
Kekebalan:
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
* Indikasi
Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
3. Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio.
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
3. Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio.
Bisa juga
lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.
Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.
Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.
Masa
inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami
kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang
terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio
yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan
memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio.
* Jumlah
Pemberian:
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi!
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi!
* Usia
Pemberian:
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.
* Cara
Pemberian:
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.
* Efek
Samping:
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
* Tingkat
Kekebalan:
Dapat mencekal hingga 90%.
Dapat mencekal hingga 90%.
* Indikasi
Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.
4. Imunisasi DTP
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi.
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.
4. Imunisasi DTP
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi.
* Usia &
Jumlah Pemberian:
Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT
Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT
* Efek
Samping:
Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.
Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.
Untuk anak yang
memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang demam tak
membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan tak akan
mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orangtua tetap khawatir,
si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam.
Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan, hanya sekadar sumeng.
* Indikasi
Kontra:
Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
Penyakit DTP yang BERBAHAYA
Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
Penyakit DTP yang BERBAHAYA
1. Difteri
Penyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir.
Penyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir.
Bakteri
penyebab difteri ditularkan saat batuk, bersin, atau kala berbicara. Masa
inkubasinya 1-6 hari. Penderita harus mendapatkan perawatan di rumah sakit
dalam waktu cukup lama, sekitar 2-3 minggu, dan baru boleh pulang setelah
penyakitnya benar-benar hilang 100%. Soalnya, difteri bisa kambuh lagi kalau
belum betul-betul sembuh.
2. Tetanus
Disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril.
Disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril.
Gejala-gejala
yang tampak antara lain kejang otot rahang, rasa sakit dan kaku di leher, bahu
atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas
dan paha. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mematikan
kuman, antikejang untuk merilekskan otot-otot, dan antitetanus untuk
menetralisir toksinnya.
3. Pertusis
Disebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari.
Disebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari.
Gejala
awalnya seperti flu biasa, yaitu demam ringan, batuk, dan pilek, yang
berlangsung selama 1-2 minggu. Kemudian, gejala batuknya mulai nyata dan kuat,
batuk panjang secara terus-menerus yang berbeda dengan batuk biasa. Tak jarang,
karena kuatnya batuk ini, anak bisa sampai menungging-nungging, muntah-muntah,
mata merah, berair, dan napasnya susah. Gejalanya sangat berat. Bahkan beberapa
penderita bisa mengalami perdarahan. Setelah 2-4 minggu berlalu, batuk mulai berkurang
dan kondisi anak mulai pulih.
Penderita
akan diberi obat antibiotik untuk mematikan kuman, dan obat untuk
mengurangi/menghentikan batuknya. Istirahat yang cukup, banyak minum, dan
konsumsi makanan bergizi akan membantu mempercepat kesembuhan.
5. Imunisasi
Campak
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan
campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita
yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung
sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul
gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun
merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul
bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami
diare.
Satu-dua
hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5°C. Seiring
dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas
penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil.
Awalnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada,
muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini ak
Cara Deteksi Dini Buta warna Pada Anak
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut
mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis. Buta
warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada
anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini
dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal
inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita.
Seorang wanita terdapat istilah ‘pembawa sifat’ hal ini menujukkan ada satu
kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara
fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada
umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta
warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor
buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna. Saraf sel di retina
terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut
yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor
cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.
Penyebab buta warna.
Pertama adalah keturunan, yang kedua karena didapat. Buta warna bawaan disebabkan adanya mutasi dalam kromosom X yang diturunkan ayah atau ibu. Kasus buta warna lebih banyak terjadi pada laki-laki. Mengapa? Karena laki-laki yang terbentuk dari kromosom XY hanya mempunyai satu kromosom X. Dengan demikian, jika kromosom X-nya terganggu atau rusak, maka dia berpotensi lebih besar mengalami buta warna. Sementara itu, perempuan yang terbentuk dari kromosom XX, jika salah satu kromosom X-nya mengalami gangguan, masih ada satu kromosom X lagi sehingga ia hanya menjadi pembawa sifat (carrier) buta warna.
Penyebab lain buta warna adalah karena didapat. Hal ini biasanya terjadi ketika anak mengalami kerusakan retina atau cedera (trauma) pada otak yang menyebabkan pembengkakan di lobus occipital. Kerusakan akibat paparan sinar ultraviolet karena tidak menggunakan pelindung mata secara benar juga bisa menyebabkan buta warna.
Klasifikasi
Buta warna sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi dan monokromasi. Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikomasi yaitu:
* Protanomali yang merupakan kelemahan warna merah,
* Deuteromali yaitu kelemahan warna hijau,
* Tritanomali (low blue) yaitu kelemahan warna biru.
Jenis buta warna inilah yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya.
Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari:
* protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang,
* deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerujut yang peka terhadap hijau, dan
* tritanopia untuk warna biru.
Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikt warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang.
Buta warna dibagi dalam dua kategori, yaitu buta warna total dan buta warna parsial. Pada buta warna total, penyandangnya tidak bisa mengenali warna lain, kecuali hitam dan putih. Untungnya, kasus yang disebabkan ketiadaan pigmen warna pada sel retina ini sangat jarang terjadi.
Sementara itu, pada buta warna parsial, penyandang mengalami defisiensi (kekurangan) pigmen dalam sel retina sehingga tidak bisa melihat warna tertentu saja. Gabungan defisiensi merah dan hijau adalah gangguan yang paling sering terjadi, sedangkan defisiensi biru jarang sekali.
Yang perlu diluruskan, penderita buta warna bukan tidak bisa mengenali satu warna tertentu, tetapi ia tak bisa mengenali kombinasi atau campuran warna. Ia bisa saja tahu warna-warna dasar, seperti kuning, merah, dan biru, serta warna-warna sekunder, seperti hijau, jingga, dan ungu. Namun, ketika warna-warna itu dikombinasikan lagi dengan warna lainnya, ia tidak mampu mengenali atau bingung menentukan, apakah itu hijau tua atau biru, dan sebagainya.
Pemeriksaan dan Tes Buta warna
Buta warna dapat dites dengan tes Ishihara, dimana lingkaran – lingkaran berwarna yang beberapa diantaranya dirancang agar ada tulisan tertentu yang hanya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat oleh penderita buta warna.
Deteksi Dini Pada Anak
Alangkah baiknya jika orangtua dapat mendeteksi kelainan buta warna pada anak sejak dini. Dengan mengetahui sejak dini, orangtua bisa menuntun arah masa depan anak. Orangtua perlu waspada dan segera memeriksakan anaknya bila tidak bisa membedakan warna atau salah menyebutkan warna meski sudah sering diajarkan. Perhatikan juga riwayat keluarga, apakah ada anggota keluarga yang mengalami buta warna. Orangtua bisa melakukan pemeriksaan buta warna sendiri di rumah. Caranya, campurkan benang wol beraneka warna. Kemudian, minta anak mengambil benang warna tertentu. Jika ia tampak bingung, maka sekecil apa pun kecurigaan, tak ada salahnya untuk dikonsultasikan pada dokter mata. Untuk memastikan kasus buta warna, dokter mata umumnya akan melakukan tes hara dengan buku berisi kombinasi berbagai warna. Biasanya juga akan dilakukan tes penunjang, seperti pemeriksaan organ mata, dan sebagainya. Kerusakan itu secara umum tak hanya terkait dengan keluhan buta warna, tetapi juga pada hal lain, semisal ketajaman penglihatan, luas pandang, dan sebagainya.
Anak penderita buta warna tidak mengalami hambatan secara fisik dan kesehatan. Anak tetap dapat hidup, beraktivitas, bersekolah, berkarier, dan sebagainya. Orangtua bisa mengarahkan anak pada bidang-bidang profesi yang tidak membutuhkan keahlian warna secara dominan
Penyebab buta warna.
Pertama adalah keturunan, yang kedua karena didapat. Buta warna bawaan disebabkan adanya mutasi dalam kromosom X yang diturunkan ayah atau ibu. Kasus buta warna lebih banyak terjadi pada laki-laki. Mengapa? Karena laki-laki yang terbentuk dari kromosom XY hanya mempunyai satu kromosom X. Dengan demikian, jika kromosom X-nya terganggu atau rusak, maka dia berpotensi lebih besar mengalami buta warna. Sementara itu, perempuan yang terbentuk dari kromosom XX, jika salah satu kromosom X-nya mengalami gangguan, masih ada satu kromosom X lagi sehingga ia hanya menjadi pembawa sifat (carrier) buta warna.
Penyebab lain buta warna adalah karena didapat. Hal ini biasanya terjadi ketika anak mengalami kerusakan retina atau cedera (trauma) pada otak yang menyebabkan pembengkakan di lobus occipital. Kerusakan akibat paparan sinar ultraviolet karena tidak menggunakan pelindung mata secara benar juga bisa menyebabkan buta warna.
Klasifikasi
Buta warna sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi dan monokromasi. Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikomasi yaitu:
* Protanomali yang merupakan kelemahan warna merah,
* Deuteromali yaitu kelemahan warna hijau,
* Tritanomali (low blue) yaitu kelemahan warna biru.
Jenis buta warna inilah yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya.
Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari:
* protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang,
* deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerujut yang peka terhadap hijau, dan
* tritanopia untuk warna biru.
Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikt warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang.
Buta warna dibagi dalam dua kategori, yaitu buta warna total dan buta warna parsial. Pada buta warna total, penyandangnya tidak bisa mengenali warna lain, kecuali hitam dan putih. Untungnya, kasus yang disebabkan ketiadaan pigmen warna pada sel retina ini sangat jarang terjadi.
Sementara itu, pada buta warna parsial, penyandang mengalami defisiensi (kekurangan) pigmen dalam sel retina sehingga tidak bisa melihat warna tertentu saja. Gabungan defisiensi merah dan hijau adalah gangguan yang paling sering terjadi, sedangkan defisiensi biru jarang sekali.
Yang perlu diluruskan, penderita buta warna bukan tidak bisa mengenali satu warna tertentu, tetapi ia tak bisa mengenali kombinasi atau campuran warna. Ia bisa saja tahu warna-warna dasar, seperti kuning, merah, dan biru, serta warna-warna sekunder, seperti hijau, jingga, dan ungu. Namun, ketika warna-warna itu dikombinasikan lagi dengan warna lainnya, ia tidak mampu mengenali atau bingung menentukan, apakah itu hijau tua atau biru, dan sebagainya.
Pemeriksaan dan Tes Buta warna
Buta warna dapat dites dengan tes Ishihara, dimana lingkaran – lingkaran berwarna yang beberapa diantaranya dirancang agar ada tulisan tertentu yang hanya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat oleh penderita buta warna.
Deteksi Dini Pada Anak
Alangkah baiknya jika orangtua dapat mendeteksi kelainan buta warna pada anak sejak dini. Dengan mengetahui sejak dini, orangtua bisa menuntun arah masa depan anak. Orangtua perlu waspada dan segera memeriksakan anaknya bila tidak bisa membedakan warna atau salah menyebutkan warna meski sudah sering diajarkan. Perhatikan juga riwayat keluarga, apakah ada anggota keluarga yang mengalami buta warna. Orangtua bisa melakukan pemeriksaan buta warna sendiri di rumah. Caranya, campurkan benang wol beraneka warna. Kemudian, minta anak mengambil benang warna tertentu. Jika ia tampak bingung, maka sekecil apa pun kecurigaan, tak ada salahnya untuk dikonsultasikan pada dokter mata. Untuk memastikan kasus buta warna, dokter mata umumnya akan melakukan tes hara dengan buku berisi kombinasi berbagai warna. Biasanya juga akan dilakukan tes penunjang, seperti pemeriksaan organ mata, dan sebagainya. Kerusakan itu secara umum tak hanya terkait dengan keluhan buta warna, tetapi juga pada hal lain, semisal ketajaman penglihatan, luas pandang, dan sebagainya.
Anak penderita buta warna tidak mengalami hambatan secara fisik dan kesehatan. Anak tetap dapat hidup, beraktivitas, bersekolah, berkarier, dan sebagainya. Orangtua bisa mengarahkan anak pada bidang-bidang profesi yang tidak membutuhkan keahlian warna secara dominan
Langganan:
Postingan (Atom)